Di dalam mitologi agama Shinto di Jepang, ada sebuah legenda mengenai makhluk yang diidentifikasikan sebagai dewa air. Makhluk itu disebut Kappa. Namun, tidak seperti makhluk mitologi lainnya, saat ini, paling tidak ada 4 mumi Kappa yang tersimpan dengan rapi di Jepang dan Belanda.
Kappa
yang sering diidentifikasi sebagai dewa air memiliki berbagai macam
sebutan. Nama lain dari makhluk ini diantaranya adalah Kawataro (bocah
air), Kawaka, Kawaranbe, Kyuusenbou, Masunta, Mu jima dan Ningyo.
Kappa
bisa dijumpai di danau, sungai, mata air dan bahkan di saluran irigasi.
Kadang ia digambarkan memiliki bentuk seperti seekor ular, naga, belut ataupun kura-kura.
Namun
deskripsi Kappa yang paling populer adalah bertubuh seperti anak kecil,
berwajah kera, memiliki tempurung di punggung, rambut panjang dan kulit
bersisik yang berwarna kuning hijau. Beberapa catatan mengatakan
makhluk ini dapat mengubah warna tubuhnya seperti bunglon.
Makhluk
ini juga disebut memiliki bau seperti ikan dan membenci suara keras dan
benda logam. Habitat utama Kappa tersebar di wilayah Kyushu dan sungai
Sarugaishi di Honshu.
Satu ciri yang unik dari Kappa adalah
adanya sebuah rongga tanpa tutup di atas kepalanya. Rongga bulat ini
berisi air yang menjadi sumber kekuatan Kappa.
Jadi jika suatu
hari anda bertengkar dengan Kappa, sebelum bertarung, berilah hormat
terlebih dahulu dengan cara membungkukkan badan. Kappa yang disebut
sebagai makhluk yang memiliki tata krama akan segera membalas dengan
membungkukkan badannya juga. Dengan demikian cairan di kepalanya akan
tumpah dan kekuatannya akan hilang. Hal ini akan memaksa ia mengundurkan
diri dari pertarungan.
Walaupun memiliki ukuran seperti anak
kecil, Kappa disebut memiliki kekuatan yang besar. Ia berani menyerang
seekor kuda dan mampu menarik mangsanya yang bertubuh lebih besar ke
dalam air. Menurut berbagai legenda, Kappa mendapatkan kekuatannya
dengan meminum darah dan menyantap isi perut mangsanya.
Walau
kadang dideskripsikan sebagai makhluk yang jahat, namun banyak legenda
menceritakan mengenai Kappa sebagai makhluk yang baik dan pandai
mengobati. Jika ia tertangkap dan diminta untuk berjanji agar tidak
mengganggu penduduk lagi, ia pasti akan menepati janjinya.
Pertama
kali kisah Kappa muncul pada catatan kuno Nihon Shoki yang berasal dari
tahun 720 masehi. Di dokumen itu, Kappa disebut "Kawa no Kami".
Pada periode Edo, Ilustrasi mengenai Kappa muncul dalam
antologi-antologi dan lukisan. Pada tahun 1910, Kappa mulai mendapat
popularitasnya setelah sebuah kisah yang berjudul Tono Monogatari terbit. Dalam kisah itu diceritakan mengenai beberapa makhluk legenda termasuk Kappa.
Namun pada masa ini, Kappa lebih banyak digambarkan sebagai tokoh kartun dengan karakter yang lucu.
Di Jepang, sampai saat ini masih ada sebuah pepatah populer yang berbunyi "Seekor Kappa tenggelam di sungai" yang berarti "bahkan seorang ahlipun bisa melakukan kesalahan".
Seperti
yang sudah saya singgung di atas, saat ini diketahui ada 4 mumi Kappa
yang tersimpan rapi di beberapa tempat. Namun seperti mumi makhluk aneh
lainnya, termasuk mumi Tengu yang pernah saya bahas di tulisan sebelumnya,
mumi Kappa juga dianggap sebagai hasil pekerjaan tangan seniman zaman
Edo dengan cara menggabungkan bagian-bagian tubuh berbagai hewan.
Namun teori ini masih belum mendapat peneguhan dari forensik ilmiah.
Dibawah ini adalah 4 mumi Kappa yang saya maksud :
Mumi Kappa di National Museum of Ethnology di Leiden, Belanda
Mumi
ini dianggap sebagai hasil karya seni yang dibuat dengan cara
menggabungkan berbagai bagian tubuh hewan dan dipercaya dibuat untuk
tujuan karnaval pada masa periode Edo.
Mumi Kappa di Kuil Zuiryuji di Osaka
Mumi ini memiliki panjang 70 cm dengan bentuk seperti manusia dan diperkirakan berasal dari tahun 1682.
Mumi Kappa di pabrik sake Matsuura di kota Imari
Menurut brosur yang dirilis perusahaan sake ini, mumi
itu ditemukan di dalam sebuah kotak kayu pada tahun 1950an oleh seorang
tukang bangunan di langit-langit sebuah rumah ketika ia sedang
mengganti atapnya. Melihat anehnya makhluk itu, nenek moyangnya kemudian
mewariskan mumi ke anak cucunya. Pemiliknya kemudian membangun sebuah
altar kecil dan menahbiskan mumi ini sebagai dewa air.
Mumi Kappa di tempat peziarahan di perfektur Kumamoto
Mumi
Kappa yang ke-4 terletak di sebuah tempat peziarahan di perfektur
Kumamoto. Namun mumi ini tidak memiliki bagian tubuh yang lengkap
melainkan hanya sebuah potongan tangan yang dipercaya sebagai milik
Kappa.
Selain empat mumi
tersebut, di sebuah kuil yang bernama kuil Kappa di wilayah Ueno
Asakusa, Tokyo, ada juga sepotong tulang tangan yang dipercaya sebagai
milik Kappa.
Menurut
pengelola kuil, tempat dimana kuil berdiri dahulu adalah sebuah daerah
aliran sungai yang tidak memiliki saluran air yang baik sehingga tempat
itu sering dilanda banjir. Konon para penduduk lokal kemudian membangun
saluran air dengan bantuan Kappa yang tinggal di sungai Sumida.
Sayang
sekali hingga saat ini tidak pernah dilakukan penelitian forensik
terhadap mumi-mumi ini sehingga kita masih belum bisa mengetahui
keasliannya. Bisa jadi palsu, bisa jadi asli.